GoSumsel – Langit cerah menghiasi Kota Sekayu Kabupaten Muba. Tepat memasuki usia ke-63 Bumi Serasan Sekate yang sarat akan prestasi dan kaya akan sumber daya alam dibawah kepemimpinan Bupati Muba Dodi Reza begitu menjadi sorotan publik.
Suasana berbeda dalam rangkaian Sidang Paripurna Istimewa DPRD Kabupaten Muba Dalam Rangka Hari Jadi ke-63 Kabupaten Muba Tahun 2019 di Kantor DPRD Muba, tampak ribuan tamu undangan yang terdiri dari Forkopimda serta tamu kehormatan lainnya menghiasi perayaan HUT Muba ke 63 dengan mengenakan Gambo Muba.
“Jadi hari ini kompak semua tamu yang hadir memakai Gambo Muba. Ini penting Gambo harus membumi dahulu di Muba meski Gambo Muba sudah dikenal dan jadi trend fashion saat ini,” ujar Inisiator Gambo Muba yang juga Ketua TP PKK Muba, Thia Yufada Dodi Reza, Sabtu (29/9)
Lebih lanjut, kata Thia, dari sejarah teknik Jumputan berasal dari negeri tirai bambu ini dibawa oleh para saudagar asal India. Karena keragaman warna dan motif yang indah, maka teknik ini mulai berkembang di Nusantara.
Khusus Indonesia batik Jumputan biasa diproduksi oleh daerah tertentu, seperti Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Bali dan Sumatera Selatan yang saat ini sedang go international adalah batik Jumputan Gambo Muba.
“Alhamdulillah Gambo Muba mulai dilirik dan dapat bertengger di industri fashion baik di level nasional atau internasional,” kata Thia.
Dia ingin daerah yang dipimpin oleh Dodi Reza Alex itu punya kekhasan yang bisa dibanggakan. Terutama di kancah dunia di bidang fashion.
“Namanya kain Gambo, Gambo Muba ini biasa disebut oleh orang Sekayu. Gambir di daerah Babat Toman yang paling baik menurut peneliti, ini tentu berbeda jauh dari daerah lain dan ada khasnya,” imbuh ibu dua orang anak ini.
Thia menyebut Gambo Muba sebagai eco fashion yang mampu mengangkat ekonomi petani getah gambir lantaran dikerjakan oleh tangan-tangan terampil para ibu di desa. Hasilnya telah menambah penghasilan keluarga dan meningkatkan kesejahteraan.
Gambo Muba adalah tekstil khas metode jumputan, diwarnai dengan dicelup getah gambir yang awalnya dianggap limbah dan dibuang percuma. Kini Thia mampu mendorong perajin gambir dengan merubah limbah menjadi pewarna utama kain. Sebagai prosuk Eco fashion, Gambo Muba memakai 100 persen pewarna anti kimia.
“Ini menjawab isu international bahwa lebih dari 50 persen limbah kimia berasal dari limbah tekstil. Gambo Muba adalah aksi alternatif dan sumbangan Muba untuk dunia tekstil. Kami tidak menghasilkan limbah kimia tetapi memanfaatkan limbah kimia getah gambir untuk pewarna Gambo Muba,” ujarnya.
Kampanye hijau yang melekat pada produk Gambo Muba sudah hinggap beberapa kali di ajang fashion nasional dan internasional. Pecinta fashion memberikan respons positif pada kerajinan tangan Gambo Muba.
Sementara itu, Gubernur Sumsel Herman Deru dalam kesempatan menghadiri Sidang Paripurna Istimewa DPRD Kabupaten Muba Dalam Rangka Hari Jadi ke-63 Kabupaten Muba Tahun 2019 di Kantor DPRD Muba mengaku sangat nyaman memakai Gambo Muba.
“Ini benar-benar produk kearifan lokal yang mendunia dan sangat mengangkat derajat kesejahteraan petani gambir,” imbuhnya.
Sebelumnya pula jumputan Musi Banyuasin berbasis pewarna alami ini berhasil bikin Irina Joko Widodo kagum.
Memang, istri orang nomor satu di Indonesia ini tidak sedang menjadi fashion editrix (editor/pengulas mode). Namun penilaian, ucapannya jelas mampu mempengaruhi dan menggerakkan seputar dunia mode.
“Saya sangat terpukau dengan produk Gambo Muba ini. Karya orang lokal namun kualitasnya internasional,” ujar Iriana.
Iriana menyebut produk Gambo Muba telah mengangkat kearifan lokal dan memberikan kontribusi positif bagi petani gambir dan pengrajin Gambo Muba.
“Yang membuat saya terpukau bahannya dari getah gambir dan ini tentunya sangat ramah lingkungan. Saya juga mendengar cerita dari Thia Yufada yang juga inisiator Gambo Muba bahwasanya produk ini sudah dipasarkan hingga ke mancanegara,” katanya.(gS/riil)