Dwi Soetjipto Ungkap Sejak 2002, Produksi Minyak Mengalami Penurunan

Pembukaan kegiatan Facility Management Forum

GoSumsel – “SKK Migas sudah seperti bendera setengah tiang (produksi minyak mentah,red), bahwa produksi dalam negeri baik oil and gas (minyak dan gas), situasinya darurat, sangat memprihatinkan,”tutur Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, saat membuka kegiatan ‘Facility Management Forum (FM Forum) 2019’ yang bertemakan ‘FM Transformation in the Digital Era’, di salah satu hotel, Rabu (13/11).

Lebih lanjut Dwi Soetjiptoe menungkapkan kondisi produksi minyak di Indonesia cukup memprihatinkan,
tapi bukan berarti cadangan minyak baru sulit ditemukan kembali

Sejak 2002 diterangkan Dwi Soetjipto, produksi minyak mengalami penurunan dari waktu k waktu, apalagi temuan (cadangan minyak,red) besar terakhir ditemukan 20 tahun lalu.

Memang, sambung dia, kita sekarang ada Sengkang dan Blok Marsela, tapi cadangan itu ditemukan tahun 1999 lalu dan memang baru digarap sekarang.

“Saya minta agar semua stakeholder berperan aktif dalam mencari dan menemukan sumber cabangan minyak dan gas yang baru. Bahkan, kalau ada hambatan Iangsung melaporkan,”himbaunya.

“Kalau ada kendala urusan di SKK Migas Iapor sama saya, mungkin belum sampai (Iaporan kendala,red), karena diatas karena itu bantu saya supaya membuat SKK migas seperti bapak dan ibu (KKSK,red) harapkan,”sambungnya.

Apalagi nanti jelasnya, akan ada pelayanan one door service policy. “Kita berharap pembebasan lahan, proses perizinan, SKK Migas berperan lebih karena untuk one door service,”ungkap dia.

“SKK Migas tak boleh menunggu, harus proaktif, tuntut potensi itu secepatnya antisipasi keprihatinan ini. Kita ingin produksi minyak 1 juta baret per day di 2030,”terangnya.

Dwi Soetjipto menyambut positif penyelenggaraan kegiatan dan relevannya tema PM Forum tahun ini. Di tengah perkembangan dunia yang sangat pesat serta kebutuhan atas energi minyak dan gas yang semakin meningkat, industri hulu migas juga perlu inovasi dalam cara mengeksplorasi hingga cara memproduksikannya.

“Penggunaan teknologi menjadi sebuah keharusan di kala kerumitan area operasi dan eksplorasi juga semakin menantang. Industri hulu migas membutuhkan sebuah transformasi tidak hanya di kegiatan inti hulu migas, tetapi juga di kegiatan penunjangnya juga, tidak terkecuali dalam facility management,” ucapnya.

“Saya melihat antusiasme yang sangat tinggi dari para praktisi GA dan FM dalam mengikuti ajang bergengsi ini, saya optimis ajang ini dipadati oleh para praktisi-praktisi GA dan FM yang haus akan sharing dan pengalaman,”ucapnya.

Sementara, Sekretaris SKK Migas selaku Pelindung Panitia PM Forum 2019 Murdo Gantoro mengatakan, bahwa menyelenggarakan FM Forum 2019 yang ke empat kalinya tahun ini.

Ajang ini jelasnya, menjadi tempat berkumpulnya para manager dan eksekutif dari berbagai perusahaan serta wadah berdiskusi para praktisi GA dan FM dalam bekerjasama dan menambah pengetahuan, menemukan solusi-solusi baru, serta menghasilkan dan mempertahankan lingkungan kerja yang sehat serta membahas isu-isu dalam pengelolaan FM.

“PM Forum 2019 merupakan konferensi tahunan yang menjadi sarana bagi praktisi GA dan juga FM perusahaan untuk saling bertukar ide dan bersinergi dalam mempelaiari praktik-praktik terbaik serta mengembangkan solusi inovatif dalam mengikuti perkembangan dan tantangan FM saat ini,”tandasnya.(gS2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *