GoSumsel – Meski satuan tugas (satgas) kebakaran hutan dan lahan (karhutla) Provinsi Sumsel resmi ditutup terhitung mulai Minggu (1/12), namun kejadian Karhutla harus tetap menjadi sarana introspeksi semua pihak. Demikian ditegaskan Gubernur Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) H. Herman Deru saat menghadiri penutupan Satgas tersebut, di Hotel Santika Premiere Bandara, Minggu siang.
Dari kejadian tersebut Ia mendapatkan kesimpulan bahwa hal terpenting menghadapi Karhutla adalah dengan melakukan pencegahan daripada harus memadamkan.
Menurut Herman Deru, Provinsi Sumsel memiliki keistimewaaan wilayah lahan gambut yang luas mencapai 1,4 juta ha. Akan tetapi, karena pengelolaan yang belum maksimal membuat lahan gambut sangat mudah terbakar jika saat musim kemarau tiba.
Terlebih, di tahun 2019 ini dikatakannya tidak hanya Provinsi Sumsel saja yang terkena dampak dari kemarau panjang, berbagai dari negara-negara maju turut merasakan karhutla di wilayahnya.
“Kedepan karhutla tentu harus berkurang atau minimal, syukur bisa nol jangan sampai lagi terjadi. Kita harus mengakui juga bahwa di tahun 2019 ini memang ada perubahan anomali cuaca, sehingga menjadi panas yang berlebihan bahkan pernah mencapai 40 derajat, bahkan pernah 40 hari tanpa hujan,” katanya.
Ia juga memberikan tantangan untuk Bupati/Walikota yang daerahnya rawan terjadi karhutla, untuk memaparkan bagaimana pencegahan karhutla yang sangat efektif agar Ia dapat memberikan bantuan direktif.
“Kita tantang ini kabupaten/kota yang punya cara pencegahan, paparkan dengan saya. Saya bantu direktif untuk pencegahnnya, termasuk masalah gakkumnya. Bukan ada perlombaan tapi siapa yang bisa mencegah mungkin secara persuasif atau mungkin dengan menangkap, itu akan kita kasih bonus ,” ungkapnya.
Sementara Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Republik Indonesia Letjen Doni Monardo yang ikut hadir dalam penutupan itu mengungkapkan apresiasi penuh kinerja satgas karhutlah Provinsi Sumsel, karena beban tugasnya sangatlah berat. Terlebih berdasarkan data yang di laporkan seluas 428.000 hektar lahan terbakar.
Kalau terus- menerus terjadi menurut Letjen Doni diperkirakan Provinsi Susmel akan menjadi ranking pertama dan Sumsel berada di rekor teratas untuk daerah rawan karhutlah.
“Artinya bebannya begitu berat pak Gubernur dan semua perangkat yang ada berjibaku, berkerja keras untuk mengurangi jumlah asap yang muncul. Setelah kita cari data tahun ini tahun yang terpanas sepanjang 140 tahun terakhir, sehingga kalau kita lihat dibanyak wilayah di dunia ini amazon terbakar, amerika utara california terbakar, portugal spanyol, jerman terbakar,” katanya
Menurutnya, wilayah yang terbakar semakin luas termasuk hotspot yang semakin meningkat, oleh sebab itu Ia mengatakan harus memiliki sebuah cara yang paling mendasar untuk bisa menyelesaikan persoalan karhutlah.
“Faktor pertama kembalikan gambut sebagaimana kodratnya, yaitu basah berair dan berawah. Gambut adalah fosil batu bara muda, membiarkan gambut kering sama dengan menyiapakan bahan bakar, ketika terbakar bisa padama hanya menunggu hujan yang diturunkan oleh Sang maha pencipta,” tambahnya.
“BNPB berinisiatif berkerjasma dengan daerah lainnya, untuk mengirimkan lebih banyak masyarakat, TNI dan polri sosialisasi ke seluruh daerah, ternyata benar dari data 99 desa di Provinsi Sumsel setiap tahun terbakar, setengahnya tahun ini tidak terbakar. Ini terbukti program sosilasiasi lebih baik, banyak dan masif. Saya yakin tahun depan tidak terulang kembali, kita semua harus kerja keras Bencana adalah urusan bersama,” pungkasnya.(gS/riil)