GoSumsel – Kejadian dalam sepekan, yang maraknya hewan buas memangsa manusia, menjadi perhatian khusus Bupati Muba, Dodi Reza Alex Noerdin. Di Jawa ada ular kobra yang menyerang perkarangan rumah, dan di Sumsel bahkan, ada Harimau yang menyerang warga hingga tewas serta luka – luka.
Mananggapi kasus tersebut, Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex Noerdin menyatakan keprihatinan mendalam, dan menyerukan pentingnya pelestarian habitat satwa liar.
“Intinya manusia harus bersahabat dengan alam. Jika habitat satwa liar rusak, maka harimau atau gajah akan menjelajah mencari pakan di lingkungan manusia. Maka terjadilah konflik antara satwa dan manusia ”ungkap Dodi, yang juga Ketua Lingkar Temu Kabupaten Lestari di Indonesia.
Ditambhkan Dodi, bahwa sejak dua tahun lalu, Muba telah bekerjasama dengan Proyek KELOLA Sendang – ZSL untuk melakukan konservasi alam dan pembangunan hijau d wilayahnya. Proyek ini telah melakukan survei populasi dan ketersediaan pakan harimau di wilayah Dangku dan Sembilang.
David Ardhian, Deputi Direktur Proyek KELOLA Sendang menjelaskan penanganan konflik satwa liar dan manusia telah disiapkan di Muba . Tahun lalu, KELOLA Sendang mendukung BKSDA Sumsel dan Pemkab Muba menangani kasus lepasnya seekor gajah dari habitat aslinya PT. REKI. Gajah merusak tanaman warga, terjadi konflik dengan penduduk setempat. “Berkat langkah cepat dari Pemkab Muba, tim dari BKSDA Sumsel dan KELOLA Sendang bisa segera sosialisasi ke masyarakat dan menggiring gajah tersebut kembali ke habitat aslinya” ujar David.
Survei yang dilakukan KELOLA Sendang ZSL bersama BKSDA Sumsel dan TN Berbak Sembilang menemukan adanya jejak harimau dan gajah dari pemasangan camera trap. Di Sembilang teridentifikasi ada 22 ekor gajah dan hasil analisis sementara ada 8-10 ekor harimau. Sementara itu di Dangku tidak ditemukan harimau di camera trap, namun telah terkonsentrasi di PT. REKI yang diperkirakan 15-20 ekor harimau dan 8 ekor gajah. “Angka populasi satwa harus merujuk pada data resmi KLHK. KELOLA Sendang lebih fokus membantu kolaborasi para pihak dalam pemulihan habitat satwa liar. Restorasi habitat di Dangku dimulai sejak tahun 2017 dengan melibatkan masyarakat ” terang David.
Senada dengan David, Dodi menyerukan pentingnya pelestarian habitat satwa liar. Saat ini Dodi bersama dengan Forkopimda terus gencar melakukan sosialisai dalam penjagaan habitat. Saat ini meski Muba terdapat habitat satwa liar, namun konflik relatif rendah. Hal ini terjadi karena kerjasama sangat baik antara Pemerintah Kabupateb Muba, BKSDA Sumsel dan mitra pembangunan. “Muba sebagai kabupaten pembangunan hijau harus mendukung pemulihan habitat satwa liar. Saya menghimbau seluruh masyarakat terutama yang tinggal sekitar hutan untuk turut menjaga dan memulihkan habitat satwa, agar tidak terjadi konflik yang menimbulkan korban” seru Dodi.
Kordinasi dan kerjasama yang erat antar pihak di Muba tidak lepas dari implementasi pendekatan lanskap berkelanjutan dan pembangunan hijau yang dicanangkan sejak dua tahun lalu. Dengan prinsip berkelanjutan, maka upaya pelestarian habitat satwa terus digencarkan.(gS/ba)