Feby Deru Rangkul Korban Kekerasan Seksual di Sumsel untuk Lebih Berani Melapor

Foto bersama

GoSumsel – Dalam minimalisir kekerasan seksual yang terjadi di Sumsel, Ketua TP PKK Sumsel Hj Feby Deru bekerjasama dengan Women Crisis Center (WCC) menggelar Aksi Kolektif Penghapusan Kekerasan Seksual dan Pencegahan Perkawinan Anak di Sumsel, pada peringatan Hari Kasih Sayang dan Hari Anti Kekerasan Seksual di Griya Agung, Jumat (14/2).

Aksi ini diisi dengan berbagai kegiatan seperti penampilan Tari Asmara Dana, pementasan teater  “Sandiwara Perempuan” oleh pelajar SMA PGRI 2 Palembang, serta dialog interaktif yang menghadirkan psikolog yang juga Ketua Pokja I TP PKK Provinsi Sumsel Hj Telly Ulviani, Direktur Executive WCC Yeni Roslaini Izi hingga finalis putri Indonesia Sumsel Gabriela Febiola.

Dalam kesempatannya memberikan sambutan, Feby bahwa mengungkapkan kekerasan seksual dapat dihindari dengan dua cara. Pertama orang tua harus memberikan pola didik yang tepat serta keberanian diri sendiri untuk menjaga diri dari hal-hal yang bisa memicu terjadinya kekerasan seksual.

Menurutnya perempuan dapat terhindar menjadi korban jika memiliki pengetahuan yang luas. Sehingga tahu bentuk-bentuk kekerasan seksual yang dilakukan orang pada dirinya. Termasuk misalnya tidak mudah terbujuk rayu oleh orang yang baru dikenal di medsos.

“Dan juga jangan malu melapor. Karena kita susah menindaklanjutinya jika tidak ada laporan. Sebab selama ini yang banyak melaporkan soal kekerasan itu justru saudara korban atau tetangga korban,” kata Feby.

Demikian juga soal menikah dini. Menurut Feby menikah muda bukan suatu yang salah asalkan sesuai peraturan perundangan berlaku misal sudah berusia 19-20 tahun. Namun begitu anak-anak muda juga harus memikirkan proses pasca menikah dan  berumah tangga yang tidak mudah. Jangan sampai masa depan mereka rusak pasca menikah oleh berbagai alasan seperti kurang matangnya emosional atau belum mampu secara ekonomi. “Kelanjutannya itu yang perlu dipikirkan,” tambahnya.

Sementara itu Finalis Putri Indonesia Gabriela Febiola yang menjadi salah satu narasumber mengungkapkan bahwa memang korban kekerasan seksual harus berani speak up. Karena itu bisa menguatkan dan mengurangi beban.

“Awal-awa sering bertanya. Kenapa ini terjadi. Mau cerita tapi takut orang jadi berpikiran negatif . Semua pikiran-pikiran itu muncul. Tapi setelah coba speak up di medsos justru banyak orang DM, bilang kalau ternyata mereka juga korban tapi takut dan malu bicara. Makanya sekarang berani karena ini bisa jadi inspirasi agar orang lain berani juga” ucapnya.

Meskipun malu dan sedih, hal ini justru harus diungkapkan karena bisa menjadi inspirasi dan membuat orang lain mau melapor dan lebih terbuka. ” Selain itu juga harus banyak berdoa karena penyembuhan ini sangat lama,” jelasnya.

Di tempat yang sama Ketua Pokja I TP PKK Sumsel, Telly Ulviani menjelaskan bahwa kekerasan seksual adalah kekerasan yang terjadi dan dialami sesorang  yang berhubungan dengan kegiatan seksual baik oleh orang yang tidak ada hubungan pernikahan  atau oleh pasangan resmi.

“Contohnya anak-anak. Di zaman medsos dan internet yang luar biasa, sejak dini mereka harus diantisipasi dari video-video porno. Karena kekerasan seksual ini banyak bermula dari sana. Hanya saja anak-anak ini jangan cuma dilarang tapi dijelaskan juga kenapa tidak boleh. Sebab rasa ingin tahu mereka itu sangat besar,” jelasnya.

Khusus untuk korban, kata Telly hal utama yang harus dilakukan adalah memperbaiki psikologis. Karena kekerasan yang terjadi sangat sulit dihilangkan atau disembuhkan.

“Cara yang paling mudah adalah mendengarkan semua keluhan dan unek-unek mereka sampai habis. Jangan  memberikan pendapat dulu atau lainnya agar beban mereka cepat berkurang,” tandas Telly.

Hadir dalam kegiatan tersebut di antaranya yakni Dewan Pengawas WCC Maphilinda Syahrial Oesman dan Dewan Pengurus WCC, Erna Wahyudi.(gS/riil)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *