GoSumsel – Selain diwarnai calon petahana, beberapa calon dari kalangan keluarga penguasa (dinasti politik), bakal ikut meramaikan bursa calon kepala daerah, di pilkada serentak 2020 Sumatera Selatan.
Dari berbagai informasi yang berhasil dihimpun, dua anak Wakil Gubernur Sumsel Mawardi Yahya, Ahmad Wazir Noviadi dan Panca Wijaya Akbar, telah mengambil beberapa formulir di partai politik, untuk maju di pilkada Kabupaten Ogan Ilir.
Selain itu ada juga, Lanosin Hamzah (Enos) yang merupkan adik kandung Gubernur Sumsel Herman Deru, yang digadang bakal meramaikan pilkada OKU Timur, bahkan Enos disebut berpasangan dengan Adi Nugraha Purna Yudha, yang tidak lain adalah putra sulung Bupati OKU Timur HM Kholid Mawardi.
Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan PhD, membaca peluang calon petahana, yang memiliki peluang besar terpilih kembali, jika kinerjanya dinilai positif oleh masyarakat.
“Tinggal kita lihat, kinerja petahana selama 3 sampai 4 tahun terakhir bagaimana,”jelas Djayadi Hananan, Minggu (1/3).
Tetapi kinerja yang kurang bagus juga, tidak dapat menjadi acuan, apakah calon petahana itu bakal menang apa tidak.
“Calon pesaing juga harus dilihat, apakah lawanya bisa memberikan alternatif, bagaimana calon petahana diuntungkan, karena sudah berkampanye selama 4 tahun, dan masyarakat telah lihat kinerjanya,”jelasnya pria kelahiran Muaraenim.
Untuk calon yang berasal dari dinasti politik, Djayadi menilai, merupakan salah satu, cara yang membuat seseorang untuk dapat lebih mudah terpilih.
“Cara dinasti politik memangkan pemilu, dengan cara membatasi kandidat,”jelasnya.
“Walaupun calonya buruk, tapi karena menguasi akses kekuasaan, akses sumberdaya, termasuk hubungan dengan partai politik, itu kemungkinan bisa diatur, “jelasnya
Lebih parahnya ungkap Djayadi, apa bila dinasti politik menguasai partai politik, misal jelasnya bapaknya di partai A, anaknya di partai B, istrinya partai C, dan sepupu partai D, maka kemungkinan calon bisa diatur.
“Ini yang menjadi problem, dan masyarakat kita masih kurang peduli dengan dinasti politik, karena masyarakar kita lebih fokus ke hal mendasar, tentang harga pangab, lapangan pekerjaan, tentang masalah perut pokoknya,”ungkapnya.
“Semoga masyarakat kita lebih pintar dalam menentukan pilihan,”harapnya.(gS1)