GoSumsel – Kenormalan baru adalah kosakata yang pasti kita dengar dari hari ke hari. Walaupun muncul berulang, belum tentu kita sepaham dengan standar baru yang sedang hangat didengungkan ini. Apa yang Anda harapkan dalam fase baru pandemi COVID-19 ini? Apapun bayangan Anda, jangan harap kenormalan baru akan sama dengan masa sebelum pandemi.
Tiga bulan sudah pergerakan manusia terhenti, roda ekonomi pun terseret mundur ulah pandemi. Belum lagi anak kita yang dipaksa “putus sekolah”. Harapan saat ini ditumpu pada pengembangan vaksin yang diprediksi siap diproduksi massal pada Februari 2021. Tanpa vaksin, kita melangkah memasuki fase transisi ini setengah hati. Normal baru berarti kita hidup berdampingan dengan COVID -19.
Sebagian sudah mulai menumbuhkan kesadaran untuk cuci tangan, menghindari menyentuh wajah, menjaga jarak satu sama lain, sebagian yang lain belum. Pahami bahwa risiko penularan akan selalu ada, dan kita tidak pernah tahu bagaimana respon tubuh Anda terhadap infeksi virus ini.
Data memang sudah bicara, mereka yang jelas punya komorbiditas dengan penyakit jantung, diabetes memiliki risiko yang lebih tinggi untuk berhadapan dengan infeksi yang lebih berat. Namun jangan senang dulu, data yang sama juga bicara, pada praktiknya tetap ada segelintir anak muda yang sebelumnya sehat, tetapi bertarung dengan infeksi COVID-19 yang berat, bahkan meninggal karenanya.
Normal baru bukan berarti solusi akhir dari pandemi ini, kemungkinan untuk PSBB digencarkan kembali juga selalu ada, apalagi melihat data penambahan kasus harian yang malah bertambah di hari-hari awal masa transisi. Para ahli pun sepakat, gelombang kedua mungkin saja terjadi, kita bersyukur Presiden Jokowi sadar penuh akan kemungkinan ini dan mencurahkan perhatiannya pada satgas COVID-19 di Indonesia. Bagaimana dengan Anda dan saya? Kita memang bukan ahli pandemi, kita juga tidak tahu kapan dan bagaimana akhir kisah sedih ini.
Satu hal yang saya tahu pasti bahwa kita ahli di dalamnya, adalah adaptasi. Dalam situasi yang serba tidak pasti ini, kita telah membuktikan bahwa kita bisa beradaptasi. Mari lakukan apa yang jadi bagian kita. Solidaritas kemanusiaan sangat diuji, kita perlu sepakat dalam mencari solusi. Karena jika hanya segelintir orang saja yang patuh, maka dapat kita pastikan semua pasti runtuh. Selalu waspada, kemungkinan terinfeksi di ruang publik selalu ada, setiap anda berdiri, selalu tanyakan pada diri sendiri, sudahkah saya menjaga jarak.
Ditulis oleh : dr Marco Vidor ( Direktur Rumah Sakit Santo Antonio Baturaja)