GoSumsel – Selain warga Desa Mangun Jaya, Kecamatan Babat Toman, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) yang tertipu arisan bodong hingga mencapat Rp 7 miliar, ternyata korbannya juga ada yang berasal dari sejumlah daerah luar Sumatera. Seperti Jakarta, Jawa hingga Bontang, Kalimantan Timur.
Hingga saat ini sekitar 200 orang korban masih terus menunggu itikad baik dari owner dan keluarganya. “Sekitar 10 orang rencananya besok (hari ini) melaporkan kasus penipuan dan pengelapan tersebut ke Satreskrim Polres Muba,” ujar korban AS, saat ditemui, Kamis (25/3).
Menurut AS, bersama korban lain sudah melakukan mediasi dengan keluarga owner IAS. Namun setelah ditunggu selama dua minggu tidak ada jawaban.
“Dan kami baru tahu kalau ownernya sudah kabur. Sampai kami cari ke rumah orang tuanya dan termasuk rumah keluarganya sudah kami datangi. Saat ini kami ternyata di-PHP. Korban lain yang diluar seperti di Jakarta dan Kalimantan juga terus mencari info keberadaan owner arisan,” ungkap AS.
Dia menambahkan, keluarga IAS juga ada yang ikut mediasi dan ada yang tidak megetahui. Karena diduga kuat IAS sudah selama 4 tahun menggeluti bisnis arisan ini.
“Dia masih tinggal di rumah orang tua dan baru menikah setahun lebih. Pengantin baru dan baru saja menggelar resepsi pernikahan belum lama ini,” ujarnya.
Mewakili seluruh korban, AS berharap ada itikad baik dari pihak keluarga IAS untuk bisa membantu persoalan ini.
“Kalau ada niat baik, ya sudah, dengan cara kekeluargaan saja. Itikad baik terus kami tunggu tapi sampai sekarang belum ada. Dan dengan terpaksa kami akan melaporkan kepada polisi,” tutupnya.
Korban lainnya, NS, warga Bontang Kalimantan mengaku, seharusnya pada tanggal 20 Maret mendapat Rp 25 juta dan pada tanggal 10 April mendatang sebesar Rp20 juta. Modal yang sudah disetorkan NS untuk ikut arisan ini sebesar Rp 18 juta.
“Kenal dengan owner arisan ini dari teman saya. Sudah ikut sejak Oktober 2020 lalu. Setelah tanggal 20 Maret ditunggu-tunggu ternyata arisan bodong ini sudah terbongkar. Owner saat dihubungi Hp-nya sudah tidak aktif lagi. Dan ternyata korbannya sudah banyak dan kerugian yang pertama direkap hampir Rp 4 miliar lebih,” ujar NS. (Mell)